Bismillahirrahmanirrahim...
Yang dipanggil rezeki itu bermacam-macam bentuknya dan segala macam bentuk rezeki itu sudah termaktub di Luhul Mahfuz. Tiada soal berupa apa, bagaimana dan bila ia datang. Justeru telah ia ditentukan oleh Maha Penentu Rezeki kepada hamba-hambanya. Rezeki itu bukan sama sekali diraih, bahkan rezeki itu adalah kurnia Tuhan atas usaha dan keringat manusia yang mengerjakannya. Manusia itu tidak pantas mempersoal keringat juga kepayahannya dalam menentukan hasil apa yang ia akan dapat. Dan sesungguhnya, rezeki itu adalah juga sisi daripada takdir yang terpena diatas jaluran hidup manusia. Asalkan saja manusia itu mengerti akan natijah sesuatu yang ia kerjakan pasti tidak akan murung dan sering bertanya-tanya.
Dewasa ini, bukan sedikit orang-orang yang menanam cita-cita menjadi bangsawan dan karyawan tersohor. Diperah keringat sekonyong-konyongnya demi meraih jabatan atau pangkat dalam menyusun masa depan hidup. Malah dicoretkan pula pelan-pelan hidup yang memungkinnya untuk terus bermisi dan bervisi. Sungguh ia sesuatu yang membanggakan apabila segala yang dirancang itu menjadi kenyataan. Sudah ia dapat meraih impian juga mimpi yang jadi idamannya selama ini, diraikan pula dengan itu dan ini. Tapi dengan segala perancangan yang rapi itu, tidak banyak pula yang menyedari adanya akan takdir dan rezeki Tuhan!
Dengan pernyataan yang digaris bawahi ini, ternyata manusia masih berselingkuh dengan impian semata tanpa memikirkan kemungkinan yang akan terjadi. Ini dibuktikan apabila terdapat segelintir manusia yang selalu bertanya-tanya untuk hal yang tidak-tidak. Sebagai contoh yang paling hampir dengan kehidupan remaja masa kini, seorang pelajar yang dengan gigih melaksanakan pengajiannya dengan keputusan yang cemerlang sering menanggapi kerjaya yang indah-indah setelah pengajiannya selesai… sesuai dengan kredibiliti dan perolehan yang ia dapat. Sesudah itu, diusahakan pula dengan keras supaya apa yang dicita-cita itu ia dapat. Bahkan tidak sekadar itu, di dalam lembah cita-citanya itu, dia sudah bermimpi-mimpi tentang apa yang akan ia perlakukan dengan gajiannya itu…
Sungguh dalam cita-cita dan impian manusia sehingga terkadang lupa bahawasanya kerjaya dan gajian itu bukan hanya sekadar datang dengan usaha yang berlipat-lipat tapi harus juga dengan adanya rezeki kurniaan Ilahi. Justeru, tidak kita hairankan bila mana manusia itu tidak dapat apa yang ia cita-citakan, ia terus meratap dengan ratapan yang paling dasyat! Rasa murung yang berlebih-lebihan sehinggakan terasa ia kan lelah penat itu tidak berbayar… astaghfirullah… sedalam mana usaha, setinggi mana doa dipanjat, jika sudah tertulis rezeki dan jodoh itu seperti apa yang diinginkan Allah, pasti seperti itulah layaknya manusia menerima. Bukan mengabaikan usaha dan doa tapi manusia itu sememangnya harus tahu tawakal! Berserah atas apa jua yang ditakdirkan oleh-Nya. Berusaha untuk faham akan hikmah jua ketentuan-Nya. Dan dengan pasti sesuatu itu berlaku atas dasar alasan yang terkadang manusia itu pun tidak perlu tahu!
Atas sebab itulah manusia tidak seharusnya memanjangkan hal-hal yang tidak-tidak. Bukan bererti tidak memikirkan kesan dan akibat tapi fikirlah hanya sekadar apa yang perlu difikirkan. Insya’Allah, atas usaha, doa dan tawakal semata-mata mengharapkan redha Allah, nescaya manusia itu akan beroleh kebaikan daripadanya. Dengan cara apa? Bila dan bagaimana? Itu yang tidak harus difikirkan oleh akal pendek manusia. Percayalah wahai manusia yang bergelar Muslim dan Muslimah, rezeki itu sudahnya Allah tentukan qada’ dan qadarnya bagi setiap insan di dunia ini, hatta kepada yang bukan Muslim sekalipun. Dua kemungkinan tempoh masa, sama ada cepat atau lambat sahaja. Tidak usahlah acapkali merunsingkan hal yang tidak pasti. Jauh lebih baik memikirkan yang sudah pasti – AKHIRAT!
“Bukan TIDAK ada rezeki, tapi BELUM ada rezeki!”
Wassalam.
Dewasa ini, bukan sedikit orang-orang yang menanam cita-cita menjadi bangsawan dan karyawan tersohor. Diperah keringat sekonyong-konyongnya demi meraih jabatan atau pangkat dalam menyusun masa depan hidup. Malah dicoretkan pula pelan-pelan hidup yang memungkinnya untuk terus bermisi dan bervisi. Sungguh ia sesuatu yang membanggakan apabila segala yang dirancang itu menjadi kenyataan. Sudah ia dapat meraih impian juga mimpi yang jadi idamannya selama ini, diraikan pula dengan itu dan ini. Tapi dengan segala perancangan yang rapi itu, tidak banyak pula yang menyedari adanya akan takdir dan rezeki Tuhan!
Dengan pernyataan yang digaris bawahi ini, ternyata manusia masih berselingkuh dengan impian semata tanpa memikirkan kemungkinan yang akan terjadi. Ini dibuktikan apabila terdapat segelintir manusia yang selalu bertanya-tanya untuk hal yang tidak-tidak. Sebagai contoh yang paling hampir dengan kehidupan remaja masa kini, seorang pelajar yang dengan gigih melaksanakan pengajiannya dengan keputusan yang cemerlang sering menanggapi kerjaya yang indah-indah setelah pengajiannya selesai… sesuai dengan kredibiliti dan perolehan yang ia dapat. Sesudah itu, diusahakan pula dengan keras supaya apa yang dicita-cita itu ia dapat. Bahkan tidak sekadar itu, di dalam lembah cita-citanya itu, dia sudah bermimpi-mimpi tentang apa yang akan ia perlakukan dengan gajiannya itu…
Sungguh dalam cita-cita dan impian manusia sehingga terkadang lupa bahawasanya kerjaya dan gajian itu bukan hanya sekadar datang dengan usaha yang berlipat-lipat tapi harus juga dengan adanya rezeki kurniaan Ilahi. Justeru, tidak kita hairankan bila mana manusia itu tidak dapat apa yang ia cita-citakan, ia terus meratap dengan ratapan yang paling dasyat! Rasa murung yang berlebih-lebihan sehinggakan terasa ia kan lelah penat itu tidak berbayar… astaghfirullah… sedalam mana usaha, setinggi mana doa dipanjat, jika sudah tertulis rezeki dan jodoh itu seperti apa yang diinginkan Allah, pasti seperti itulah layaknya manusia menerima. Bukan mengabaikan usaha dan doa tapi manusia itu sememangnya harus tahu tawakal! Berserah atas apa jua yang ditakdirkan oleh-Nya. Berusaha untuk faham akan hikmah jua ketentuan-Nya. Dan dengan pasti sesuatu itu berlaku atas dasar alasan yang terkadang manusia itu pun tidak perlu tahu!
Atas sebab itulah manusia tidak seharusnya memanjangkan hal-hal yang tidak-tidak. Bukan bererti tidak memikirkan kesan dan akibat tapi fikirlah hanya sekadar apa yang perlu difikirkan. Insya’Allah, atas usaha, doa dan tawakal semata-mata mengharapkan redha Allah, nescaya manusia itu akan beroleh kebaikan daripadanya. Dengan cara apa? Bila dan bagaimana? Itu yang tidak harus difikirkan oleh akal pendek manusia. Percayalah wahai manusia yang bergelar Muslim dan Muslimah, rezeki itu sudahnya Allah tentukan qada’ dan qadarnya bagi setiap insan di dunia ini, hatta kepada yang bukan Muslim sekalipun. Dua kemungkinan tempoh masa, sama ada cepat atau lambat sahaja. Tidak usahlah acapkali merunsingkan hal yang tidak pasti. Jauh lebih baik memikirkan yang sudah pasti – AKHIRAT!
“Bukan TIDAK ada rezeki, tapi BELUM ada rezeki!”
Wassalam.
macam kat serendah je ni
ReplyDeletetau je ko ek...hehe...mai la mandi air terjun serendah! mane tau rezeki ko jumpe syikeen kt ctu haha....
ReplyDelete